29.5.11

RAGAM BERBAGI pendidikan

bingung aku sebenarnya nih blog untuk apa. dari namanya nyerempet IT tapi kok masalah beginian kebawa mimpi (blog maksutnya). q juga bingung untuk mngatur postingan2q yang ada (tp bkn yang adaadasaja).
tapi gapapalah yang penting saya bercerita. hehehe
oya ceritanya begini.
jalan2 cari inspirasi buat isi tempat usaha yang baru berdiri bangunan fisiknya. modal mampet, kredit gak jelas accnya, para bagian pemasaran kendala peralatan dan sebagian sibuk mempersiapkan ujian akhir. akhirnya nongkrong di bawah pohon kelapa belakang rumah dan mulai berfikir keras agar 10juta uang usaha yang terlanjur dialokasikan ke bangunan fisik cepat berputar. tiba2 saya teringat sama paklek (paman)q yang dosen dan baru selesai mngadakan bedah buku di kampusnya. kabarnya masih tersisa stok buku yang belum terjual. alhasil saya bongkar rumahnya (karena beliaunya sedang di jogja) dan saya dapati dua kardus besar buku. wel senyum menghias dan batinku berkata akhirnya saya jualan buku lagi... selanjutnya bisa dipastikan saya memanggil pasukan buat ngangkat duakardus besar itu ke rumah yang jaraknya 200 meter. lumayan (merek bakso).
alamak... mau diapakan nih buku. gada daftar harganya. akhirnya saya telepon ke jogja dan ternyata daftar harga bukunya ada di map dokumen dalam lemari dan kuncinya kebawa ke jogja dan kabarnya masih tiga hari lagi baru pulang. matilah... baiklah, dari pada tenaga dan fikiranku terbuang percuma saya mempersiapkan pola display yang berbeda dengan toko buku lain. sret-sret-sret, sortir dan sebagainya tiba-tiba saya mendapati dua buku kecil. lebih asik tanpa uan terbitan lkis. yang satunya lupa (males mau bongkar-bongkar lagi. tar kalo sempet saya edit kalau kalian juga ikutan penasaran).
sedikit mengulas tentang buku tersebut ternyata hasil tulisan dari 3anak sltp alternatif QT (qaryah thayyibah). banyak hal yang diceritakan di sana berkenaan dengan ujian akhir nasional. namun saya sangat tertarik dengan perjalanan 5-1 anak sltp QT itu di tengah-tengah orang yang anti uan. yang saya pahami mereka mencoba masuk kembali ke dalam "penjara" setelah kabur dengan membobol tembok system yang sangat tebal hanya dengan satu alasan yang sepele coba-coba ikut UAN. sementara teman2nya yang lain menilai dirinya berkhianat dengan komitmen yang telah dibangun dan berniat meninggalkan mereka (yang tidak ikut UAN).
penasaran dengan fenomena tersebut saya surfing di dunia maya mencari informasi mengenai konsep pendidikan QT. dengan modal angan2 dari informasi yang saya dapat di jogja dan sedikit profil yang saya baca dalam buku tersebut, ternyata konsep dan model pembelajar di sana tampil beda. bahkan beda banged. mereka benar-benar bebas belajar apa saja dan guru di sana murni fasilitator atau perantara. semua siswa yang belajar di sana bisa dikatakan terbentuk dari lingkungan pembelajar yang muncul dari kesadaran akan pentingnya pendidikan. dan saya sedikit menyimpulkan sungguh di luar dugaan konsep "sa' pena'e dewe" bisa melahirkan output yang bermutu.
kembali saya membaca buku yang sudah menyatu kedua covernya itu hingga saya menemukan hal-hal yang mengejutkan lainnya. saya baca sekali lagi perjalanan mereka bertiga hingga mendapati bahwa kenyataan yang ada di lapangan menuntut tentang penghapusan UAN melalui pro-kontra dan berbagai mekanisme pelaksanaan UAN yang juga banyak melahirkan pertimbangan. entah yang dimaksud dengan penghapusan UAN tersebut adalah standarisasinya atau UANnya itu (tidak ada ujian akhir). dua hal yang "ambigu" tersebut (standarisasi&uan) sama-sama mengindikasikan hal yang imbang. atau malah dua-duanya ya... juga jadi bingung. yang saya tangkap efektifitas uan berkenaan dengan terstandarisasi-nya lembaga pendidikan yang berbeda-beda di setiap sekolah yang ada di seluruh indonesia sehingga hal ini dinilai penilaian yang kurang adil. dan standarisasi kelulusan itu sendiri dianggap sebagai pembunuhan karakter pendidikan yang menjadi cita-cita setiap orang sehingga terjadi pergeseran minat dari mencari ilmu menjadi mengejar nilai dan kelulusan atau ijasah. namun bagi beberapa lintir kalangan yang berfikir pragmatis akan melakukan apa saja agar bisa lulus dengan nilai yang tinggi. well3x
konsep yang terdapat dalam QT tersebut memberikan warna baru dalam dunia pendidikan dan kembali saya surfing ke dunia maya. oala ternyata yang beginian tidak cuma QT. di indonesia ada juga HS (homeschooling) wel5x ternyata saya masih kuper. HS baru hari gini mendengarnya... sungguh terlalu orang indonesia seperti saya. entah yang mana yang lebih dulu. hal yang sama dari dua konsep tersebut sama-sama menciptakan pembelajar yang mandiri. well berarti di indonesia tidak se-carut-marut yang diberitakan. kita masih punya dua sistem pendidikan yang pilih tanding di dunia internasional. bagus dunk. entah di mana perbedaan dari kedua konsep (HS Vs QT) itu, yang jelas saya suka adalah kemandirian dalam belajar.
mungkin hal serupa juga tercetus dalam pikiran saya sejak terjun langsung ke masyarakat setelah 8 tahun menyelesaikan studi hukum S1 di jogja. yaitu terciptanya kurikulum mandiri bagi setiap sekolah.
saya, yang menyelesaikan studi hukum 8 tahun mungkin dianggap "canggih" oleh orang sekitar langsung diminta untuk mengajar di dua madrasah aliyah (SLTA). saat itu saya sangat senang sekali dengan kesempatan itu. sementara yang lain harus melamar terlebih dahulu untuk bisa mengajar sedangkan saya dilamar (wee kayak cewek). lembaga pendidikan sekitar pun gempar dengan kehadiran saya di dunia pendidikan yang ditemani wildatus shafiyah adik kandung saya (yang satu angkatan wisuda dengan saya) mantan trainer di jogjakarta adalah LP2Kis membuat konsep mos baru yang betul2 tampil beda (di daerahku). tentu saja otak ini berasal dari adik saya sedang saya jadi kompornya (hehe...) tapi waktu itu saya akui, saya bangga, naik daun dan banyak kebanggaan lainnya hingga saya pun sisipkan cerita ini di sini.
akan tetapi kebanggaan tersebut tak lama, menjelang pelaksanaan UAN saya melihat persiapan mereka sangad kurang. saya pesimis dengan kelulusan mereka meski harapan utama saya bukanlah kelulusan. tapi (bisa dipastikan) 100% harapan mereka adalah kelulusan. karena tak satupun di antara mereka sanggup untuk tidak kecewa berat apabila mereka tidak lulus.
kebanggaan saya pun menjadi pudar tatkala pelaksanaan UAN yang tidak sehat baik dari keamanan pengawal soal ujian, pengawasan ruang ujian dan lembar jawaban yang disortir terlebih dahulu sebelum dikirim kembali. kekhawatiran saya bahwa mereka tidak lulus berubah 180d setelah pengumuman pelulusan dengan nilai rata 7,8. sungguh bagi saya adalah angka yang fantastis untuk nilai UAN. tapi itu tidak menjadi masalah bagi saya. menyesali sesuatu yang kurang bukan jalan yang biasa saya tempuh hingga saya berfikir untuk menciptakan suasana pendidikan yang mandiri dari segi kurikulum sebagai kapasitas pengetahuan siswa yang terstruktur.
ide dasar yang ada pada saat itu adalah kepuasan belajar siswa yang berangkat dari prinsip pribadi "kalau kemampuan kita hanya cukup membuat gubuk, jangan membuat istana megah. tapi buatlah gubuk yang nyaman". standarisasi kelulusan yang dikeluarkan pemerintah bukan harus dipecahkan dengan cara yang seperti itu. harus cari jalan lain agar tetap eksis.
untuk lebih jelasnya yang ingin saya lakukan bisa di download di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar